BALIKPAPAN – Memasuki penghujung ramadan, fenomen astronomi Gerhana Matahari Hybrid (GMH) akan menghiasi langit bagian Timur Indonesia. Disebut hibrida (hybrid) karena dalam satu fenomena terjadi gerhana total dan cincin sekaligus. Gerhana matahari hibrida terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi tepat segaris.
Pada lokasi tertentu, masyarakat bisa mengamati gerhana matahari total dan gerhana matahari cincin. Posisi pengamatan menjadi penentu apakah seseorang bisa melihat fenomena gerhana matahari total atau gerhana matahari cincin saja.
Untuk di Kota Balikpapan, fenomena yang terjadi, Kamis (19/4/2023) itu diperkirakan berlsung selama tiga jam dimana awal terjadi pukul 10.45 WITA dan berakhir pukul 12.45 WITA.
Menilik sabda Rasulullah SAW melalui Hadist Riwayat al-Bukhari disampaikan bahwa “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan ia tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana keduanya, maka berdoalah kepada Allah dan dirikan saist hingga matahan kembali tampak”.
Hal itu menjadi acuan dari Kementerian Agama (Kemenag) termasuk (Kemenag) Balikpapan, Johan Marpaung. Maka, dia mengajak masyarakat yang beragama islam untuk memperbanyak takbir, tahlil, istighfar, dan bersedekah.
“Serta salat sunah Kusuf (salat sunah gerhana matahari) saat terjadinya gerhana tersebut,” ujar Kemenag, Rabu (19/4/2023).
Adapun tata cara pelaksanaannya yang pertama yakni niat. “Untuk niatnya, Aku niat salat sunnah gerhana bulan 2 rakaat sebagai mamakmum karena Allah ta’ala,” jelasnya.
Kemudian Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana salat biasa, membaca doa iftitah, kemudian membaca surat Al Fatihah dilanjutkan membaca surat yang lain sambil dijaharkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih.
Setelah itu rujuk, iktidal, “setelah tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat lain. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dan yang pertama,” tambahnya.
Kemudian ruku kembalu (rukur kedua) yang panjangnya lebih pendek dan ruku sebelumnya, iktidal, dilanjutkan dengan sujud yang panjangnya sebagaimana ruku, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
Lanjutnya, bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya, dan terakhir salam.
“Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang bersi anjuran untuk berdzikir, berdoa, beristighfar, dan bersedekah,” ujar Marpaung lagi.
Adapun untuk pelaksananya sendiri diserahkan kepada Masjid masing-masing. (Bom)