BALIKPAPAN – Masyarakat di kawasan Jalan Soekarno Hatta kilometer 1 hingga 3, mengeluhkan soal pekerjaan proyek yang dilaksanakan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Solution.
Pasalnya, pengerjaan pemasangan pipa gas tersebut berdampak pada rusaknya bagunan hingga masuknya lumpur dan air ke dalam ruko dan rumah-rumah.
Ponimah salah seorang pemilik Toko Monari yang terdampak mengatakan, toko miliknya sempat terdampak dengan masuknya luapan lumpur dari galian pipa gas. Dan hal ini terjadi tidak sekali saja.
“Karena kalau tidak cepat bisa masuk ke bawah rumah, apalagi ini rumah berlantai 3,” ujarnya Kamis (16/3/2023).
Lebih lanjut Ponimah menjelaskan, atas kejadian ini dirinya pun sudah melapor ke pihak RT dan Kelurahan untuk memberikan solusi. Mengingat ada dampak kerugian yang dirasakan lantaran tidak ada pembeli yang masuk ke tokonya.
“Walaupun toko berlumpur dan tidak ada yang masuk, saya tetap buka. Karena mau lewat saja tidak bisa, saya saja tidak bisa lewat,” jelasnya.
Warga lainnya yang tinggal tak jauh dari toko Ponimah, Adi mengaku jika sejak ada pengerjaan pemasangan pipa gas tersebut, rumahnya mengalami retak-retak pada setiap bagian sudutnya.
“Ya sejak ada proyek itu. Nggak rumah saya saja ternyata, tetangga belakang juga mengalamin yang sama seperti ini,” ujarnya.
Adi pun juga sudah melaporkan perihal ini ke Ketua RT dan Kelurahan. Harapannya agar mendapat respons dari penanggungjawab proyek tersebut.
“Maunya jelas ada tanggungjawab dari proyek tersebut. Kita dukung program pemerintah, tapi kita juga jangan dirugikan dong,” tambahnya.
Terkait dengan hal tersebut, Koordinator Humas PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Solution, Daniel Soerbakti mengatakan, pengerjaan itu tentu sudah melalui kajian dan dengan menggunakan metode Horizontal Directional Drilling (HDD).
“Dan wilayah pengerjaan dari Rapak sampai Hotel Platinum dilakukan dengan metode HDD yang sudah didesain, bahkan terlebih dulu dilakukan kajian oleh pihak engineering,” ujar Daniel saat di konfirmasi.
Dicontohkanya, yang menjadi utility dalam jalur itu meliputi pipa PTMB pipa Jargas dan pipa optik. Maka terlebih dahulu dilakukan penggalian, lalu dilakukan tes sebelum dilakukan HDD.
Meski begitu, pihaknya tidak menyangka ada permasalahan seperti saat ini. Mulai dari kawasan Ruko Rajawali Foto sampai lokasi penempatan mesin entry dan exit.
Dikatakan, pihaknya berencana melakukan pemasangan sebanyak 13 bentangan pipa, namun saat ini baru 11 yang terpasang sehingga masih ada 2 pipa yang tersisa lantaran terdapat permasalahan di lapangan saat ini.
“Saat ini sudah terpasang sepanjang 220 meter, tetapi ada penyangkutan yang perlu di analisis kembali,” jelasnya.
“Saya pikir dasarnya itu ada pasir, mungkin bentonik air itu kaya bocor di bawah. Dan terjadilah pengerasan. Pemikiran awal kita begitu. Lalu kami masukan lagi mesin di atas untuk menghentikan supaya ini berjalan dengan lancar, tetapi sampai sekarang masih terhambat,” tambahnya.
Maka dengan adanya penekanan yang semakin tinggi, tentu ada berdampak ke masyarakat. Pertama dagangan mereka terhalang, dan kedua dengan pemadatan itu ada level tertentu yang turun membuat sebagian rumah warga alami retak.
“Saya sudah panggil orang engineering dan kelurahan, untuk menganalisa dan mendata orang yang dirugikan. Pasti semua akan ditangani satu persatu, baik yang berdampak lumpur, ekonomi maupun jalan rusak akan dikembali seperti semula,” tutupnya. (Bom)