BALIKPAPAN – Kementerian BUMN menggelar Pasar Digital (Padi) Hybrid dan Expo UMKM di di atrium Mall BSB, Kamis (18/7/2024). Kegiatan ini dalam upaya meningkatkan pangsa pasar produk UMKM di seluruh daerah. Dimana pemerintah terus mendorong pelaku usaha mampu go digital, go online dan go global.
Staf Ahli Bidang Keuangan dan Pengembangan UMKM Kementerian BUMN, Loto Sianita Ginting mengatakan, ada banyak keuntungan dari mengikuti PADI UMKM Indonesia. Mereka yang terlibat mendapatkan akses bercitra dengan buyer dari BUMN. Tercatat ada 98 BUMN yang ada secara nasional dan di dalamnya tercatat ratusan buyer yang terdaftar.
“Sebenarnya banyak manfaat dari keberadaan Padi UMKM. Sejarahnya diluncurkan 17 Agustus 2020. Kebetulan waktu itu merespon arahan presiden untuk memfasilitasi pengembangan UMKM. Lalu ternyata pandemi Covid-19 melanda. Maka transaksi digital jadi melonjak,” ujarnya.
Lebih lanjut Loto menjelaskan, pelaku UMKM yang tergabung dalam PADI bisa menjangkau pasar buyer yang lebih luas. Bahkan warga umum juga bisa mengaksesnya. Untuk itu, pemerintah memberikan dukungan dalam tiga tahapan.
Pertama, pembinaan dan pelatihan. Di situ ada 250 rumah BUMN di seluruh Indonesia. Di Balikpapan juga ada rumah BUMN Pertamina. Kedua, dukungan pembiayaan yang disalurkan lewat pembiayaan mikro yang kami titipkan di BRI. Penyaluran paket pembiayaannya sudah banyak tersebar di BUMN. Ketiga yakni dukungan perluasan pemasaran. Baik secara online, offline hingga bazar.
“Kami sudah buat kegiatan jelajah kuliner Nusantara di Medan dan Bandung. Rencana nanti ada lagi bulan September mendatang. Semoga Padi UMKM expo yang kelima. Dulu secara virtual saat Covid-19. Peserta expo terus meningkat dari 295 di tahun 2022 menjadi 560 UMKM di tahun berikutnya. Volume transaksi Rp 18,7 miliar di 2023,” jelasnya.
Sementara Pj Gubernur Kaltim, Akmal Malik menambahkan, pemerintah provinsi mengapresiasi kolaborasi BUMN dan UMKM ini. Sebab, hal ini merupakan upaya dalam rangka menghidupkan perekonomian nasional. Apalagi keberadaan UMKM setempat memang laris manis ditengah populasi penduduk Kaltim yang cukup beragam. Tercatat 37 persen adalah etnis Jawa, 27 persen Sulawesi sisanya terbagi Banjar, Dayak dan lainnya.
“Itulah kenapa kami sangat apresiasi perhatian BUMN terhadap UMKM. Termasuk dukungan pada pengembangan teknik hilirisasi, pengemasan produk (packaging) hingga pemasaran. Kaltim ini ada 841 desa yang punya potensi budaya agraris. Agar nanti bisa mandiri dalam produk pangan,” ujar Akmal Malik.
Meski begitu, Kaltim baru memenuhi tiga faktor ekonomi. Yakni aksesibilitas dan kemanfaatan. Karena memang secara infrastruktur dan daya dukung pemerintah lokal sudah memadai. Namun di sektor ketersediaan pangan masih bermasalah. Tingkat ketergantungan pasokan luar daerah terbilang tinggi. Akibatnya harga barang di pasaran pasti tinggi dan tidak kompetitif.
“Kami di sini punya early warning system inflasi. Kangkung saja bisa memicu inflasi di Kaltim. Karena bahannya dari daerah lain harganya pasti tinggi dan tidak kompetitif. Penduduk Kaltim ini bertambah tapi produksi pertanian menurun. Karena alih fungsi lahan,” jelasnya.
Untuk itu pihaknya mengajak BUMN untuk fokus ke sektor hilirisasi. Ia mencontohkan pada budidaya pisang krecek di Kabupaten Kutai Timur. Pisang yang mungkin harganya rendah di pasaran bisa bernilai tinggi setelah ada pengolahan. Dari sebiji pisang Rp 3.000 setelah diolah nilainya jadi Rp 35.000. Artinya perlu ada dukungan berbagai pihak agar masyarakat mau terlibat aktif dalam ketersediaan pangan.
“Kiranya BUMN jangan bosan membantu kami. Menggerakkan sumber mentah kita agar nilai produk mereka bisa meningkat. Kita ingin masyarakat bisa punya nilai tambah yang meningkatkan ekonomi rumah tangganya. Kan itu juga berimbas pertumbuhan ekonomi nasional,” tutupnya. (RB)