spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Golf di Tengah Kilang Badak

SUDAH cukup lama saya tidak benar-benar bermain golf secara rutin. Sejak mulai aktif di Bawaslu Bontang pada 2015, waktu tersita untuk pekerjaan, dan saya nyaris tidak pernah lagi bermain di dua lapangan yang dulu akrab: PKT Golf Bontang (PGB) dan Badak Golf Bontang (BGB).

Namun sejak bulan lalu, saya sudah berniat turun kembali ke lapangan. Karena itulah, ketika dua minggu terakhir saya berada penuh di Bontang tanpa agenda luar kota, saya memanfaatkan momentum itu untuk kembali mengayun stik.

Bahkan sebelum mengikuti Restorasi Golf Tournament pada 29 Desember, empat hari berturut-turut saya habiskan di driving range Badak. Satu sesi saya gunakan turun langsung ke lapangan bersama dr. Badi di PKT Golf Bontang, sehari sebelum turnamen. Bersyukur, dr. Badi bersedia diajak turun bareng, dan itu sangat membantu saya mengembalikan permainan setelah lama tidak aktif.

Saya bersama dr Badi menjajal Lapangan PKT Golf Bontang sehari sebelum turnamen.

Selang sehari dari turnamen Restorasi, yakni Minggu, 30 Desember, saya ikut Monthly Badak Golf. Turnamen internal member ini rutin digelar, tetapi baru kali ini saya bisa turun. Terakhir saya bermain di lapangan BGB mungkin sekitar sepuluh tahun lalu. Banyak yang berubah, tetapi karakternya tetap sama: sempit, teknis, dan menuntut konsentrasi penuh.

Baca Juga:   Menimbang Keadilan dalam Perkara Anak di Bontang

Tee off dimulai pukul 07.00 Wita. Pairing saya cukup familiar: Manager CSR & Relations Badak LNG, Putra Peni Luhur Wibowo; Government Community Relation & GA Dept. Head PT KNI, Reza Zacharias; serta pengusaha muda Bontang, Achmad Faizal. Suasananya cair sejak awal, dengan tawa ringan dan obrolan kecil di luar golf yang membuat permainan semakin nyaman.

Permainan saya sendiri masih naik-turun. Dari 18 hole, saya mencatat 2 par dan 4 bogey. Sisanya double dan triple bogey. Front nine saya tutup dengan skor 55, dan back nine membaik menjadi 48, total 103. Tidak istimewa, tetapi cukup sebagai langkah awal untuk mengembalikan ritme yang lama hilang.

Lapangan Badak tetap menantang: fairway sempit, dogleg hampir di semua hole, green kecil dan cepat, serta angin dari arah kilang LNG yang sering berubah tiba-tiba. Berdiri di tee box Hole 6—par 5 sepanjang 511 yard—pemandangan siluet kilang di kejauhan memberi nuansa yang unik. Golf di sini memang selalu berdampingan dengan denyut industri.

Baca Juga:   Viral Nyapu dan Ngepel Sendiri, Kini Kepsek SDN 025 Berjuang Lawan Lumpur
Pemenang Flight A Monthly BGB menerima penghargaan dari panitia.
Para juara Flight B Monthly BGB berfoto bersama setelah pengumuman hasil.
Juara Flight C Monthly BGB berpose dengan trofi dan hadiah yang diterima.

Turnamen berlangsung lancar, meski sempat gerimis. Para pemain menikmati setiap hole, dan akhirnya para juara tampil dari tiga flight. Di Flight A, Yanto bermain solid dan meraih juara, disusul Suhu AA dan Zainal Effendi. Flight B dimenangkan oleh Anas Malik, kemudian Apwansyah dan Musmulyadi. Di Flight C, Fadillah keluar sebagai juara pertama, diikuti Firman dan Bambang. Mereka menunjukkan permainan stabil dan rapi—capaian yang tidak mudah di lapangan teknis seperti Badak.

Skor saya belum bagus, tapi cukup untuk memulai kembali. Golf bukan soal hasil di satu hari, tetapi tentang proses membangun ritme dan ketenangan. Pagi itu di lapangan Badak, saya merasa inilah saat yang tepat untuk mulai aktif bermain lagi. (*)

Oleh: Agus Susanto, S.Hut., S.H., M.H.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img