spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Euforia Bola di PKT Cup 2025, Neni Tugaskan Agus Haris Bentuk Klub Baru

Saya tidak hadir langsung di Stadion Mulawarman, Sabtu (20/9) malam ini. Namun, melalui siaran langsung akun YouTube Pupuk Kaltim, suasana yang tampak seakan menyeret ingatan saya puluhan tahun silam. Saat kesebelasan Pupuk Kaltim dan Bontang FC masih mewarnai panggung sepak bola nasional. Stadion selalu penuh sesak. Tabuhan drum, dukungan suporter, dan sorot lampu stadion mengingatkan pada masa ketika sepak bola Bontang pernah begitu hidup.

Sejak sore, warga berbondong-bondong datang ke stadion. Final Pupuk Kaltim (PKT) Cup 2025 mempertemukan kesebelasan Loktuan melawan Tanjung Laut. Sebelum partai pamungkas dimulai, suasana lebih dulu dihangatkan dengan penampilan Marching Band Pupuk Kaltim (MBPKT).

Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni menyampaikan sambutan pada penutupan PKT Cup 2025.

Sebanyak 134 personel diturunkan dengan komando tiga field commander: Sahrul Gunawan, Nafisa Fadillah Putri, dan Ainun Risma Larasati. Formasi rapi di tengah lapangan disambut tepuk tangan penonton dari tribun. MBPKT membawakan sejumlah lagu populer, seperti Man in The Mirror, The Struggle, Kolam Susu, hingga Tabola Bale. Penampilan ini menjadi pembuka final dan menunjukkan kiprah MBPKT yang pada Desember 2025 mendatang akan mewakili Indonesia di Thailand World Music Championship 2025.

Baca Juga:   Festival UMKM Berbenah: Rekor MURI, Omzet Tembus Ratusan Juta

Sebelum laga utama, digelar pula partai ekshibisi antara Manajemen PKT melawan Forkopimda Bontang. Pertandingan persahabatan ini semakin memeriahkan suasana karena Wakil Wali Kota Agus Haris ikut turun sebagai kapten tim Forkopimda. Duel berlangsung seru, dan akhirnya Forkopimda keluar sebagai pemenang dengan skor tipis 1-0.

Marching Band Pupuk Kaltim tampil memukau membuka final PKT Cup 2025 di Stadion Mulawarman.

Suasana final semakin lengkap dengan sambutan manajemen perusahaan. Direktur Manajemen Risiko PKT, Teguh Ismartono, menegaskan bahwa turnamen ini bukan hanya soal kompetisi olahraga, melainkan wujud nyata nilai kebersamaan dan sportivitas.

Ia berharap PKT Cup bisa menjadi agenda rutin tahunan karena antusiasme warga sangat besar. “Kalah atau menang hal biasa, yang utama adalah persatuan,” tegasnya.

Atraksi pembawa bendera Fair Play FIFA sebelum laga final PKT Cup 2025 dimulai.

Sementara, Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, turut menyampaikan apresiasi. Menurutnya, selama dua pekan turnamen berjalan lancar dan aman karena sportivitas dijunjung tinggi. Ia menekankan bahwa sepak bola bukan hanya hiburan, tetapi juga penggerak ekonomi. “Sepak bola dicintai warga Bontang. Insyaallah dengan ajang ini UMKM ikut tumbuh dan perekonomian meningkat,” ucapnya.

Neni juga menegaskan pentingnya kolaborasi. Ia pun langsung menugaskan Wakil Wali Kota Agus Haris untuk menggagas kerja sama dengan seluruh perusahaan di Bontang agar bersama-sama membentuk klub sepak bola yang bisa menjadi kebanggaan kota. Dengan dukungan dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat, Neni optimistis geliat sepak bola Bontang dapat kembali bangkit dan memberi manfaat luas.

Baca Juga:   Turap Baru 70 Persen, Banjir Bontang Belum Tuntas, Sampai Kapan?
Personel Marching Band Pupuk Kaltim (MBPKT) membawakan lagu populer dengan formasi lengkap di tengah lapangan.

Tepat pukul 21.00 WITA, wasit meniup peluit tanda dimulainya pertandingan. Sorak suporter semakin riuh, nyanyian dukungan menggema di seluruh tribun. Hingga tulisan ini dibuat, laga final masih berlangsung, dan euforia penonton belum surut sedikit pun.

Bagi saya pribadi, suasana ini membangkitkan kenangan lama. Saya pernah menjadi manajer sponsorship Bontang FC pada tahun 2017, di bawah kepemimpinan CEO Arief Budi Santoso. Dari dekat saya menyaksikan bagaimana klub ini dikelola, bagaimana suporter setia rela berkorban, dan bagaimana sepak bola hadir sebagai kebanggaan bersama warga Bontang.

Sejarah panjang klub ini—dari PKT Bontang hingga berganti nama menjadi Bontang FC—membuktikan bahwa Bontang pernah berdiri sejajar dengan klub-klub besar tanah air.

Kini, kerinduan itu kembali terasa nyata. Stadion Mulawarman malam ini menjadi saksi bahwa warga Bontang ingin lagi memiliki tim profesional yang bisa berlaga di kompetisi nasional. Dengan dukungan perusahaan besar, pemerintah, dan semangat masyarakat, bukan mustahil harapan itu segera terwujud.

Sepak bola bukan sekadar skor, melainkan kebanggaan, persatuan, dan harapan. Malam ini, meski hasil pertandingan belum diketahui, satu hal sudah pasti: Bontang kembali menunjukkan bahwa cintanya pada sepak bola tak pernah padam. (*)

Baca Juga:   Vonis Hakim Perkara Anak di Bontang: Menguras Emosi, Menguji Keadilan

Oleh: Agus Susanto, S.Hut., S.H., M.H.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img