SAYA hadir di Musyawarah Daerah Provinsi Luar Biasa (Musdalub) Serikat Perusahaan Pers (SPS) Kalimantan Timur 2025 di Hotel Fugo Samarinda, Sabtu siang (11/10). Datang sebagai peserta peninjau mewakili Media Kaltim, saya menyaksikan langsung bagaimana organisasi yang dulu identik dengan dunia koran kini benar-benar menatap arah baru.
Di depan panggung, terpampang spanduk besar bertuliskan tema: “Masa Depan Pers Kalimantan Timur: Kebebasan, Etika, Bisnis Berkelanjutan, dan Publisher Rights.”
Saya melihat banyak wajah lama yang akrab di dunia pers Kaltim. Para senior media cetak yang dulu menempa idealisme lewat tinta dan kertas. Tampak para pimpinan media cetak seperti Kaltim Post, Tribun Kaltim, Disway Kaltim, Radar Tarakan, Berau Post, Samarinda Pos, Swara Kaltim, serta sejumlah pimpinan media siber.
Rasanya seperti reuni besar dunia pers Kaltim. Saya bisa bertemu lagi dengan rekan-rekan lama dari keluarga besar Kaltim Post Group, tempat saya berkiprah selama 18 tahun. Namun, suasananya kini jauh berbeda. Kami tidak lagi bicara tentang oplah dan percetakan, melainkan tentang algoritma, monetisasi digital, dan masa depan publisher rights.
Di momen inilah terasa benar makna perubahan SPS. Dari Serikat Penerbit Suratkabar menjadi Serikat Perusahaan Pers. Rumah besar bagi seluruh pelaku media lintas platform dan lintas generasi.

(Foto: Agus Susanto/Mediakaltim.com)
Acara dimulai dengan sambutan Ketua Umum SPS Pusat, Januar P. Ruswita, yang hadir secara daring dari Jakarta. Januar mengingatkan kembali akar sejarah SPS yang lahir di Yogyakarta pada 8 Juni 1946, di tengah semangat perjuangan kemerdekaan. “SPS kini berusia hampir delapan dekade,” ujarnya. “Kita harus memastikan organisasi ini tetap relevan di era digital. Media boleh berubah, tapi nilai etik dan tanggung jawab sosialnya jangan pernah luntur,” pesannya.
Setelah itu, Wakil Gubernur Kaltim Seno Aji secara resmi membuka Musdalub SPS Kaltim 2025. Ia menyampaikan apresiasi terhadap kiprah SPS yang telah menjaga eksistensi dan etika pers di tengah derasnya arus informasi digital. Seno menegaskan pentingnya tanggung jawab moral insan pers untuk menyajikan berita yang benar, berimbang, dan beretika agar tidak menimbulkan disinformasi maupun provokasi di ruang publik.
Ia bahkan mencontohkan pengalamannya pribadi saat menjadi korban pemberitaan yang keliru. “Saya hanya menjawab pertanyaan soal permintaan pendopo dari komunitas, tapi ditulis pemerintah membangun pendopo Jawa. Akibatnya muncul komentar negatif dan kesalahpahaman di masyarakat,” ujarnya. Menurutnya, kejadian itu menjadi pelajaran penting tentang perlunya verifikasi, akurasi, dan kontrol redaksi yang kuat.
Seno juga menyoroti pentingnya peningkatan literasi jurnalistik dan pelatihan berkelanjutan bagi wartawan baru agar memahami konteks dan terminologi pemerintahan saat melakukan wawancara.
“Kadang jurnalis menanyakan hal yang bahkan tidak mereka pahami. Ini perlu pembinaan supaya kualitas pers kita makin profesional,” jelasnya.
Selain itu, ia mengingatkan tentang menurunnya budaya membaca di masyarakat, di mana pembaca sering hanya menilai dari judul tanpa membaca isi berita secara utuh. Menurutnya, media harus menyeimbangkan daya tarik judul dengan akurasi isi agar tidak menyesatkan publik.
Di akhir sambutan, Seno menegaskan komitmen Pemprov Kaltim untuk terus mendukung SPS dalam menciptakan ekosistem media yang sehat, berdaya saing, dan beretika. “Mari bersama mewujudkan media yang kuat dan profesional demi mendukung visi Kaltim menuju Generasi Emas,” tutupnya.

(Foto: Agus Susanto/Mediakaltim.com)

(Foto: Agus Susanto/Mediakaltim.com)
Setelah sesi pembukaan, acara berlanjut dengan dialog bertema “Masa Depan Pers Kalimantan Timur: Kebebasan, Etika, Bisnis Berkelanjutan, dan Publisher Rights.” Tiga narasumber utama hadir dalam sesi ini: Kepala Diskominfo Kaltim H.M. Faisal, S.Sos., M.Si., Wakil Ketua Umum SPS Pusat Suhendro Boroma, dan Direktur Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dian Andi Nur Azis, S.IP., M.Han. Diskusi berlangsung dinamis dengan moderator Sugito, praktisi media senior yang telah lama berkecimpung di dunia pers Kaltim.
Para narasumber menyoroti berbagai tantangan industri media di era digital. Mulai dari kolaborasi lintas sektor, penerapan publisher rights, hingga strategi keberlanjutan bisnis di tengah disrupsi teknologi. Bagian ini akan saya kupas lebih detail dalam tulisan terpisah.

(Foto: Istimwa)

(Foto: Agus Susanto/Mediakaltim.com)
Setelah sesi dialog berakhir, forum berlanjut ke agenda utama pemilihan ketua. Ajid Kurniawan akhirnya terpilih secara aklamasi sebagai Ketua SPS Kaltim periode 2025. Direktur Balikpapan Pos ini menegaskan bahwa SPS Kaltim akan tampil berbeda dari provinsi lain.
“Kita harus berubah,” katanya. “SPS bukan lagi milik media cetak. Ini organisasi untuk semua entitas pers yang profesional.”
Menurutnya, masih banyak SPS di daerah lain yang didominasi perusahaan koran dan belum memberi ruang bagi media digital, padahal dunia media sudah berubah cepat. Karena itu, SPS Kaltim harus menjadi organisasi yang terbuka, adaptif, dan mampu mengakomodasi semua jenis perusahaan pers — cetak, daring, maupun penyiaran.
Ia menambahkan, seluruh agenda Musdalub berjalan sukses dan menjadi awal dari semangat baru organisasi. Sebagai pedoman kerja, Ajid menyiapkan sebelas rekomendasi strategis yang mencakup penguatan regulasi, peningkatan kapasitas SDM, diversifikasi pendapatan, hingga dorongan terhadap publisher rights.
Ia juga menekankan pentingnya pelatihan jurnalistik digital dan peningkatan kualitas konten media online agar tidak menurunkan marwah organisasi.
“SPS tidak boleh hanya jadi simbol. Ia harus hadir nyata membantu media tumbuh profesional, mandiri, dan berdaya saing di tengah transformasi digital,” ujarnya.
“Media tidak bisa lagi hanya mengandalkan konten. Kita harus cerdas berinovasi dan membangun ekosistem yang sehat,” tambah Ajid.
Dari pernyataan itu, Ajid kemudian memaparkan 11 Rekomendasi Strategis SPS Kaltim 2025 — mulai dari penguatan literasi media, inovasi teknologi, peningkatan kapasitas SDM, hingga kolaborasi dengan pemerintah dan sektor swasta. Rekomendasi tersebut menjadi arah kerja organisasi ke depan dalam memperkuat peran pers lokal di tengah dinamika industri digital.
Musyawarah ini menandai babak baru SPS Kaltim. Ajid dan tim formatur mendapat mandat membentuk kepengurusan modern dengan fokus pada digitalisasi media, peningkatan SDM, riset, dan kemitraan. Semangat perubahan terasa kuat: menjadikan SPS sebagai wadah profesional yang adaptif dan relevan.
Era baru telah dimulai. SPS Kaltim kini berdiri di garis depan perubahan. Dari industri tinta menuju industri data, dari warisan lama menuju inovasi baru. Bukan untuk mengulang kejayaan masa lalu, melainkan untuk memastikan pers daerah tetap relevan di tengah zaman yang terus berubah. (*)
Oleh: Agus Susanto, S.Hut., S.H., M.H.