SETIAP kali menginap di hotel, saya mulai membiasakan untuk jogging di sekitar kawasan tempat menginap. Bukan sekadar olahraga, tapi cara saya melihat suasana kota dari dekat.
Sabtu pagi (11/10) tadi, saya dan istri berjalan santai menyusuri Taman Samarendah yang mulai ramai. Udara Samarinda masih lembap, sementara matahari baru menyingkap langit jingga di antara gedung-gedung tinggi.

Dari taman, kami berbelok ke Jalan Bhayangkara dan selanjutnya berbelok menanjak menuju Balai Kota Samarinda. Di depan gedung Balai Kota, saya berhenti. Bukan karena lelah, tapi karena pemandangannya sudah jauh berbeda dari yang saya kenal dulu.
Balai Kota Samarinda yang dulu menjadi salah satu titik liputan saya di tahun 2006 kini nyaris tak sama lagi. Gedungnya berdiri megah dengan fasad modern berlapis panel metalik abu muda. Di depannya, patung ikan pesut menjulang di tengah taman bundar, menjadi penanda visual wajah baru pemerintahan kota.


Namun di balik kemegahan itu, aktivitas proyek masih terasa. Gundukan tanah, kabel listrik menjuntai, dan galian memanjang di sisi jalan.
Saya berhenti di depan pagar proyek. Di sana terpampang papan bertuliskan, “Rehab Interior Gedung Balai Kota Samarinda — PT Raka Bangun Utama.” Nilai proyeknya, menurut data spse.inaproc.id, mencapai Rp17,6 miliar. Tapi itu baru satu bagian dari rangkaian panjang revitalisasi Balai Kota sejak 2023.
Berdasarkan penelusuran data pengadaan, dalam tiga tahun terakhir total anggaran yang digelontorkan untuk kawasan ini hampir mencapai Rp100 miliar.
Pada 2023, proyek dimulai dengan rehab utama senilai Rp15,7 miliar, pembangunan gerbang utama Rp3,4 miliar, dan lanjutan proyek Rp2,5 miliar.

Tahun 2024, ada juga paket baru: pembangunan taman tahap I Rp9,7 miliar, rehab interior dan sarana penunjang Rp5,2 miliar, serta penataan fasad Diskominfo Rp2,6 miliar.
Sementara tahun 2025 menjadi puncaknya, dengan rehab MEP (mekanikal, elektrikal, plumbing) Rp14,4 miliar, rehab interior Rp17,6 miliar, rehab infrastruktur kawasan Rp1,9 miliar, dan lanjutan taman Balai Kota Rp25 miliar.


Saya melangkah ke sisi samping bangunan. Tampak struktur baru tengah dikerjakan, taman berundak dengan jalur pedestrian dan rangka baja setengah melingkar. Mungkin kelak akan menjadi area publik terbuka.
Dari sudut ini, Stadion Segiri tampak samar di bawah sinar matahari pagi. Pekerjaan di kawasan Balai Kota terlihat masif, menggambarkan ambisi besar untuk mengubah wajah pusat pemerintahan kota. Semua ini terlihat ambisius, tapi juga menuntut tanggung jawab besar agar sepadan dengan dana yang dikeluarkan.

Perubahan ini jelas bukan proyek biasa. Di bawah kepemimpinan Wali Kota Andi Harun dan Wakil Wali Kota Saefuddin Zuhri, Pemkot Samarinda ingin menampilkan wajah baru, lebih modern dan lebih tertata. Namun, transparansi tetap menjadi hal penting agar publik tahu apa yang sedang dibangun dan bagaimana manfaatnya dirasakan masyarakat.
Saya kembali melanjutkan jogging di jalan yang mulai ramai. Samarinda pagi tadi terasa berbeda. Bukan hanya karena gedung-gedung barunya, tapi karena kota ini sedang berusaha menata dirinya kembali.
Dan seperti halnya jogging, pembangunan juga butuh napas panjang. Tidak perlu tergesa-gesa, yang penting ritme dan tujuannya tetap terjaga. (*)
Oleh: Agus Susanto, S.Hut., S.H., M.H.