BALIKPAPAN – Pemerintah Kota Balikpapan resmi meluncurkan Gerakan Bersama Posyandu Berantas Stunting atau GEMPUR STUNTING. Program ini merupakan langkah inovatif dan kolaboratif dalam menekan angka stunting di Kota Balikpapan yang dikenal sebagai gerbang Kalimantan Timur.
Peresmian GEMPUR STUNTING dilakukan oleh Asisten III Setda Kota Balikpapan, Andi Sri Juliarti, Ketua TP PKK Balikpapan sekaligus Bunda PAUD Kota Balikpapan, Nurlena Mas’ud dan Kepala DKK Balikpapan, Alwiati. Serta turut dihadiri sejumlah perwakilan pemerintah kota, dokter spesialisa anak, dan perwakilan organsasi perempuan, kader posyandu, ibu hamil dan anak di Taman Bekapai pada Minggu (25/5/2025).
Asisten III Setda Kota Balikpapan, Andi Sri Juliarty, mengatakan stunting menjadi perhatian serius, mengingat dampaknya yang besar terhadap kualitas sumber daya manusia di masa depan. Anak-anak yang mengalami stunting berisiko mengalami keterlambatan perkembangan kognitif, rendahnya daya saing, hingga berdampak pada produktivitas bangsa.
“Penanganan stunting menjadi prioritas utama dalam pembangunan sumber daya manusia di Kota Balikpapan. Hari ini, kita meluncurkan langkah nyata yang menyentuh langsung masyarakat,” ujarnya.
Lebih lanjut Andi Sri Juliarty menjelaskan, data terbaru menunjukkan angka prevalensi stunting di Balikpapan pada Oktober 2024 mencapai 14,68 persen, naik dibandingkan September 2024 yang tercatat 13,8 persen. Meski begitu, angka ini masih berada di bawah rata-rata Provinsi dan setara dengan angka nasional.
“Ada 17 Lokasi penangan Stunting di Kota Balikpapan.
Program GEMPUR STUNTING diluncurkan sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Dari 17 lokasi penanganan stunting di Balikpapan yang menjadi sasaran program, termasuk edukasi remaja putri untuk mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) secara rutin,” jelasnya.
Dalam peluncuran GEMPUR STUNTING, juga dilakukan tiga langkah konkret sebagai bentuk komitmen bersama:
1. Penandatanganan MoU antara TP PKK Kota Balikpapan dan Dinas Kesehatan Kota sebagai wujud sinergi berkelanjutan dan terarah dalam penanganan stunting.
2. Penetapan Ketua RT sebagai Orangtua Asuh Balita Stunting, sebuah inisiatif yang memperkuat peran sosial di tingkat masyarakat paling dasar.
3. Pemberian paket sembako kepada ibu hamil dan balita, sebagai dukungan gizi selama 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), masa krusial dalam tumbuh kembang anak.
“Kami menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Dinas Kesehatan Kota dan TP PKK Kota Balikpapan atas inisiatif mulia ini. Penanganan stunting bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi perlu gotong royong semua pihak,” tambah Andi Sri Juliarty.
Upaya penurunan stunting harus dilakukan secara konsisten, berdasarkan data akurat, serta melibatkan kerja lapangan yang berkelanjutan. “Kita pastikan gerakan ini tidak berhenti sebagai seremoni, tapi menjadi budaya baru. Budaya peduli tumbuh kembang anak. Jika kita bersatu, Insya Allah Balikpapan bisa menjadi kota bebas stunting,” tutupnya.
Dalam peluncuran ini, Pemkot Balikpapan juga melakukan serangkaian pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil, pemberian vitamin anak dan senam kesehatan.
Penulis: Aprianto