Catatan Rizal Effendi
IKN yang berkesan. Saya sempat bertemu mantan gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam Upacara Peringatan Ke-79 Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di ibu kota negara yang baru, IKN, Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU), Sabtu (17/8).
Dia kaget ketika saya sapa. “Oh Pak Rizal ya? Apa kabar?” katanya membalas sapaan saya. Dia merangkul saya, maklum sudah lama tidak bertemu.
Kehadiran Kang Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil di IKN tentu tak sekadar sebagai undangan. Dia sejak akhir tahun 2023 ditunjuk Presiden Jokowi sebagai kurator. Tugasnya memastikan apakah rencana pembangunan fisik IKN sesuai dengan visinya.
“Tugas saya memastikan antara cita-cita dengan praktik di lapangan apakah nyambung atau tidak. Jadi saya dibayar untuk komen, kemiringan, ini kurang hijau, ini kurang itu, jadi itu tugas kurator,” katanya kepada awak media saat itu.
Ridwan Kamil memang seorang arsitek. Dia banyak merancang bangunan-bangunan ikonik di Indonesia dan di negara lain di Asia. Di antaranya Museum Tsunami Aceh, Masjid Pusat Islam di Beijing dan Masjid Agung Al Jabbar Bandung.
Ketika Kang Emil masih menjadi wali Kota Bandung, kami pernah bersama-sama. Waktu itu saya menjabat sebagai wali Kota Balikpapan.
Saya dan Kang Emil sama-sama aktif di organisasi kepala daerah. Baik sebagai pengurus Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) maupun AKKOPSI, Aliansi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi.
Beberapa kali pertemuan APEKSI atau AKKOPSI berlangsung di Kota Bandung. Kang Emil menjadi tuan rumah. Pandangannya kepada dua organisasi itu sangat baik. Dia banyak memberi gagasan baru. APEKSI membahas berbagai persoalan pemerintah kota, sedang AKKOPSI fokus pada urusan program sanitasi di berbagai kota.
Dalam kepengurusan APEKSI, saya pernah menjabat sebagai wakil ketua selama dua periode. Baik di zaman ketuanya Wali Kota Manado Vicky Lumentut maupun Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Airin Rachmi Diany. Malah di AKKOPSI, saya pernah menjadi ketua umum.
Airin yang terpilih menjadi anggota DPR RI hasil Pileg 2024 dari Partai Golkar berencana maju dalam Pilgub Banten. Dia memang menantu mantan gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah. Siapa yang tak kenal Ratu Atut.
Proses pencalonan Airin ternyata tidak lancar. Padahal Golkar sudah lama mempersiapkan dia. Sepertinya ada calon lain dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM). “Soal Banten, kami tetap mengusung Airin sebagai calon gubernur,” kata Wakil Ketua Umum Golkar Ahmad Doli Kurnia.
Ketika saya berada di Jakarta beberapa hari lalu, saya tak sengaja bertemu mantan wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal yang juga pengurus APEKSI. “Saya akan maju lagi dalam Pilwali 2024 ini,” katanya bersemangat.
Dia memang baru satu periode. Adik mantan Pj Gubernur Kaltim Tarmizi Abdul Karim ini memimpin Aceh pada periode 2017-2022. Periode selanjutnya dia dikalahkan H Aminullah Usman.
Ketika penyerahan surat rekomendasi Partai Demokrat dua pekan lalu, saya juga sempat bertemu dengan mantan wali Kota Padang H Mahyeldi Ansharullah, yang sekarang menjadi gubernur Sumatera Barat (Sumbar). Dia juga pengurus APEKSI. Rupanya dia maju lagi untuk periode kedua.
Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) Rusdy Mastura juga satu angkatan dengan saya. Dia menjadi wali Kota Palu dua periode 2005-2010 dan 2010-2015. Lalu mengikuti Pilgub 2016 dan menang. Sekarang dia siap-siap berjuang di periode kedua, Pilgub 2024.
TERLIHAT DI LAYAR TV
Kang Emil tampil mengenakan busana adat Betawi Jakarta dalam acara Peringatan Kemerdekaan di IKN. Mengenakan beskap hitam, selendang batik khas Betawi hingga peci merah. Juga kacamata hitam. Sepertinya dia memberi isyarat memang akan maju di Pilgub DKI Jakarta.
“Ya saya akan maju di Jakarta seperti juga keputusan Partai Golkar dan KIM,” kata Ridwan kepada saya. Hal yang sama dia sampaikan juga kepada wartawan. “Ini menunjukkan kesiapan saya maju di Jakarta,” jelasnya.
Banyak pemberitaan di media yang menggambarkan Pilgub DKI Jakarta bakal melawan kotak kosong. Terutama setelah partai pendukung Anies Baswedan berubah haluan.
Tapi Emil sendiri ternyata tidak menghendaki terjadinya calon tunggal atau kotak kosong. “Enggak, saya berharap tidak,” saat ditemui awak media.
Dia tak bisa membayangkan apa jadinya kalau dalam debat berhadapan dengan sesuatu yang tidak ada. “Nggak enak dan nggak bagus juga buat demokrasi,” begitu katanya.
Menurut Kang Emil dia sudah siap melawan siapapun, tapi tidak siap jika melawan kotak kosong. Karena itu dia berharap partai politik di luar KIM Plus masih memungkinkan mengajukan calonnya, sehingga kontestasi berjalan demokratis. “Lawan siapapun saya siap, asal jangan kotak kosong,” tandasnya.
Dia menggambarkan, ketika mengikuti Pilwali Bandung lawannya ada 8 pasang. Waktu Pilgub Jabar lawannya 4 pasang. Suasana kompetitifnya terasa betul. “Jadi saya siap menghadapi berapapun lawan,” tambahnya.
Ketika kami lagi berbincang, ternyata kamera tv sempat menangkap wajah Kang Emil bersama saya. Cucu saya yang menonton siaran langsung dari IKN langsung berteriak “Kai, Kai.” Rekaman videonya saya perlihatkan kepada Kang Emil. Dia tertawa, “Salam untuk cucunya,” katanya.
Saya bilang kepada Kang Emil, selain jadi calon gubernur, dia juga sangat cocok menjadi kepala Otorita IKN. Dia tersenyum. Selamat berjuang Kang Emil, anak bangsa dengan segudang prestasi. (*)