spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Banyak Korban Lubang Tambang, PMII Geruduk Mako Polda Kaltim

BALIKPAPAN – Demonstrasi kembali dilakukan organisasi mahasiswa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di depan Markas Komando Kepala Polisi Daerah Kalimantan Timur (Mako Polda Kaltim) pada Kamis (16/5/2024).

Para demonstran ini tergabung dibawah Koordinator Cabang Kalimantan Timur (PKC) PMII.  M Said Abdilah selaku Koordinator Lapangan (korlap) mengatakan kepada wartawan sebanyak ratusan orang ikut turun dalam aksi solidaritas korban lubang tambang di Kalimantan Timur.

“Aksi ini dihadiri sahabat-sahabat PMII di bawah PKC PMII Kaltim. Ada dari Samarinda, Kutai Kartanegara, Penajam Paser Utara, Paser, dan Balikpapan, sekitar 100 orang,” ungkapnya.

Demonstran menuntut untuk Polda Kaltim segera melakukan penegakan hukum terhadap pengusaha tambang ilegal yang meninggalkan kubangan besar dan bahkan membantai 47 nyawa anak muda di wilayah Kalimantan Timur.

Menyambung pernyataan tersebut korlap demonstran mengatakan bahwa tujuan para demonstran ini bentuk ekspresi belasungkawa terhadap korban meninggal dunia di lubang tambang yang tidak di reklamasi.

“Kami turun (melakukan demonstrasi) hari ini bentuk atensi aparat penegak hukum agar segera melakukan tindakan hukum kepada pelanggaran para mafia tambang di Kalimantan,” terangnya.

Baca Juga:   Si Jago Merah Mengamuk di Klandasan Ulu

“PMII dalam hal ini tidak ingin pemuda Kalimantan terus berlanjut menjadi korban akibat tidak ada ketegasan aparat menindak mafia tambang di Kalimantan, masih kurangkah korban meninggal akibat kelalaian aparat saat ini,” tegasnya.

Sebelumnya, diketahui bahwa pada 11 Mei 2024 di Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat anak usia 16 tahun meninggal dunia di lubang tambang saat berenang di kubangan tersebut. Lubang bekas tambang tersebut ditinggal oleh para perusahaan tambang tanpa direklamasi.

Kasus tersebut menjadi daftar panjang korban meninggal di lubang tambang yang ditinggal tanpa reklamasi. Berdasarkan data yang dihimpun Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kalimantan Timur, sejak tahun 2011, setidaknya 47 anak telah kehilangan nyawa di lubang bekas tambang batu bara di berbagai daerah di Kalimantan Timur.

Hal tersebut kemudian langsung direspon oleh PKC PMII Kaltim dengan melakukan demonstrasi di depan Mako Polda Kaltim Bersama seluruh kader PMII se-Kaltim.

Sainuddin selaku Pengurus Koordinator Cabang PMII Kaltim sempat mengungkapkan beberapa pernyataan sikap setelah dilakukan pembubaran paksa oleh aparat kepolisian. Dia mengatakan,   sikap PMII akan terus melanjutkan gerakan demonstrasi jika aparat tidak menindak lanjutin tuntutan yang diberikan.

Baca Juga:   Hebohkan Warga, Benda Diduga Mortir Ditemukan Warga Saat Cari Bambu

Berikut ini sikap dan tuntutan PMII Kaltim :

  1. Kami mendesak Presiden Republik Indonesia untuk turun tangan secara langsung menangani perkara ini dengan turun blusukan di Kalimantan Timur, khususnya di lubang tambang batubara.
  2. Mendesak aparat penegak hukum (APH) di Kalimantan Timur untuk melakukan investigasi terhadap semua kasus anak yang mati di lubang tambang.
  3. Menuntut PJ Gubernur Kalimantan Timur untuk terlibat aktif dalam menuntaskan kasus korban lubang tambang.
  4. Mendesak Polda Kaltim untuk memberantas tambang ilegal ataupun tambang legal yang tidak menaati aturan (tidak ramah keselamatan).
  5. Mendesak Polda Kaltim untuk melakukan pemeriksaan terhadap lubang tambang yang belum melakukan reklamasi.
  6. Mendesak Polda Kaltim untuk membongkar kasus korupsi di dunia pertambangan.

Selanjutnya, Ketua PKC PMII menegaskan bahwa pihaknya mengutuk keras tindakan represif aparat yang dilakukan oknum kepolisian dan meminta untuk mengusut kejadian tersebut yang berakibat beberapa massa demonstran terluka parah.

“Kami sangat menyayangkan tindakan represif oknum kepolisian kepada massa hari ini. Kami mengutuk keras tindakan tersebut. Hari ini kami turun dalam aksi damai namun kami diperlakukan  seperti ini. Bukannya ditemui Kapolda, justru kami dihadapkan oleh aparat yang seharusnya  mengayomi,” tutup Sainuddin.

Baca Juga:   BPBD dan Tim SAR Gabungan Siaga di Objek Wisata Pantai

Pihak demonstran mengaku kecewa akibat aksi damai yang seharusnya diterima baik oleh Kapolda justru berakhir chaos. (RB)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img