BALIKPAPAN – Selama periode Januari hingga Mei 2023, Kota Balikpapan telah merawat sebanyak 50 pasien dengan kasus malaria. Dari keseluruhan pasien tersebut, tidak ada yang meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Andi Sri Juliarty, menyatakan bahwa dalam momentum Hari Malaria Sedunia ini, pihaknya siap mendukung Kalimantan Timur dalam mencapai eliminasi malaria pada tahun 2026 mendatang.
“Dari 50 kasus yang terjadi di Balikpapan, tidak satupun dari mereka memiliki KTP Kota Balikpapan. Mereka adalah pendatang dan pasien rujukan. Dengan kata lain, kami hanya mengimpor kasus malaria sejak bulan Januari,” ujarnya pada Kamis (15/6/2023).
Lebih lanjut, Andi Sri Juliarty menjelaskan bahwa kasus impor yang dimaksud adalah mereka yang datang ke Balikpapan sudah terinfeksi malaria dari daerah endemik, seperti Indonesia bagian timur. Selain itu, juga terdapat pasien yang berasal dari beberapa wilayah tetangga Kota Balikpapan, di mana Balikpapan menjadi kota rujukan untuk perawatan kasus malaria.
“Kami menerima banyak pasien malaria dari kota-kota di sekitar Balikpapan yang belum bebas dari malaria, contohnya PPU dan bahkan dari Papua,” jelasnya.
Andi Sri Juliarty menambahkan bahwa Kota Balikpapan telah dinyatakan bebas dari malaria. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya sertifikat bebas malaria dari Kementerian Kesehatan sejak tahun 2014.
“Kami telah aman dan bebas dari malaria. Kami mendapatkan sertifikat tersebut dari Kemenkes RI pada tahun 2014,” tambahnya.
Dengan status Kota Balikpapan yang bebas dari malaria, pihaknya siap untuk mendukung Kalimantan Timur dalam upayanya untuk mencapai eliminasi malaria pada tahun 2026 mendatang. Kota Balikpapan akan menjadi kota rujukan dalam perawatan malaria serta berbagi program pengentasan kasus malaria. (Bom)