BALIKPAPAN – Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Balikpapan memastikan proyek pembangunan drainase dan trotoar di Jalan Ahmad Yani, Balikpapan Tengah berjalan sesuai kontrak yang berlaku hingga 31 Desember 2025. Hingga akhir September ini, progres fisik tercatat mencapai 41,83 persen.
Kabid SDA dan Drainase DPU Balikpapan, Jen Supriyanto, mengatakan meskipun sempat terjadi keterlambatan sekitar 3 persen dari target, kondisi ini masih dalam batas aman.
“Keterlambatan yang masuk kategori kritis itu jika sudah di atas 10 persen. Sementara posisi kita masih minus 3 persen, jadi masih bisa dikejar,” ujarnya, Kamis (25/9/2025).
Lebih lanjut Jen menjelaskan, pengawasan proyek dilakukan secara ketat dengan melibatkan konsultan, pengendali lapangan, serta Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Jen pun menegaskan, isu adanya pekerjaan yang tidak sesuai spesifikasi terlalu dini untuk disimpulkan.
“Proyek masih berjalan. Jika ada masukan dari pimpinan atau masyarakat, tentu menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan,” jelasnya.
Selain progres fisik, pencapaian juga ditopang dari pengadaan barang dengan nilai sekitar 15 persen, seperti manhole, tali air, hingga lampu jalan.
“Kalau dihitung, fisik di lapangan 41 persen ditambah pengadaan barang 15 persen, berarti sudah mendekati 60 persen. Jadi tidak ada kekhawatiran keterlambatan. Sisanya bisa diselesaikan dalam tiga bulan ke depan,” tambahnya.
Meski begitu, pihaknya mengakui ada sejumlah kendala, mulai dari penyesuaian utilitas PDAM, jaringan listrik, hingga resistensi sebagian warga yang keberatan dengan pembukaan akses. Namun, semua persoalan diyakini bisa ditangani bertahap.
“Target kita tetap 100 persen selesai akhir Desember. Mudah-mudahan bisa rampung lebih cepat,” tegasnya.
Pemkot Balikpapan bersama pihak kontraktor terus melakukan evaluasi mingguan, untuk memastikan target capaian tercapai. Saat ini, proyek drainase Ahmad Yani dikerjakan oleh 27 pekerja, namun jumlah tersebut bisa ditambah jika progres di lapangan membutuhkan percepatan.
“Evaluasi tidak menunggu sampai deviasi di atas 10 persen. Setiap minggu dihitung capaian. Misalnya target 5 persen, tapi progres hanya 3 persen, maka harus segera dicari solusi percepatan,” ujarnya lagi.
Percepatan tidak selalu dengan menambah tenaga kerja, melainkan bisa juga melalui percepatan distribusi material, pengadaan peralatan, atau strategi pelaksanaan di lapangan. Beberapa titik dikerjakan dengan pola loncat karena terkendala utilitas atau fasilitas warga. Misalnya, area yang masih terdapat ATM belum bisa dibuka karena belum mendapat izin pembongkaran.
“Selain itu, pengerjaan drainase juga memperhatikan akses warga. Pekerjaan dilakukan bertahap, sebagian jalur dibuka dan sebagian ditutup, agar kendaraan tetap bisa keluar masuk,” jelasnya.
Proyek drainase sepanjang 475 meter ini dimulai dari turunan Lampu Merah Gunung Pasir hingga depan kawasan pertokoan Ahmad Yani. Selain perbaikan saluran, kontrak juga mencakup penataan trotoar, pemasangan lampu, serta aksesoris pendukung agar kawasan terlihat lebih rapi dan modern.
Saluran ini nantinya akan terhubung ke drainase primer di kawasan persimpangan Gunung Pasir. Dengan sistem tersebut, genangan air yang kerap terjadi selama ini diharapkan bisa teratasi sekaligus mempercantik wajah kota.
“Setiap minggu progres kita evaluasi agar cepat diambil langkah koreksi. Harapannya proyek selesai tepat waktu, dan manfaatnya segera dirasakan masyarakat,” tutupnya.
Penulis: Aprianto